Teori Perkembangan Peserta Didik pada Usia Sekolah Menengah Atas atau SMA (Sekitar Usia 16-18 tahun)

Ladang Ilmu
0



1.    Perkembangan Kognitif pada Peserta Didik Usia 16-18 Tahun (SMA/Remaja) Menurut Teori Piaget

        Perkembangan kognitif Piageat pada usia 16-18 (SMA/remaja) dimulai pada tahap operasional formal. Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara fungsional. Perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja menurut teori Piaget dapat digambarkan sebagai berikut:

    Secara intelektual peserta didik mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.

  • Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah.
  • Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak.
  • Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
  • Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja.
  • Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi.
  • Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri).
  • Peserta didik dapat melakukan penalaran intuitif
  • Mampu melakukan self-reflection menyadari 
  • Memperhatikan kepentingan masyarakat


2.    Perkembangan Sosial-Emosional pada Peserta Didik Usia 16-18 Tahun (SMA/Remaja) Menurut Teori Bronfenbrenner

  • Mikrosistem adalah lingkungan terkecil yang dimiliki oleh seorang individu. Lingkungan ini adalah lingkungan tempat individu tumbuh dan berkembang misalnya saja rumah. Seorang anak memulai perkembangan sosial - emosionalnya di rumah dengan orangtua dan saudaranya.
  • Mesosystem merupakan lingkungan yang ada di sekitar individu seperti sekolah. Pada tahap dua ini anak sudah mulai melakukan perkembangan sosial ekonomi di lingkungan sekolah yaitu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya.
  • Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Di sini bagaimana ekosistem sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contohnya, hubungan manusia dengan alam yaitu di darat, laut, dan alam buatan.
  • Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Subsistem makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, nilai masyarakat secara umum, dan lain sebagainya, di mana individu berada.
  • Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku.


3.    Teori Perkembangan Sosial-Emosional Menurut Teori Erikson

        Menurut Erikson, masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan psikososial seorang individu. Peranan ini dimulai dari pola asuh orangtua hingga aturan atau budaya masyarakat (Miller, 1983). Tahap perkembangan sosial-emoasional pada usia (SMA/Remaja) berada pada tahap kelima yang merupakan tahap adolesen (remaja), dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja ditandai dengan adanya kecenderungan identitas dan kebingungan identitas. Para remaja mengalami krisis identitas sebagai salah satu bentuk dari persiapannya untuk menjadi dewasa. Mereka biasanya akan mulai mengasa kemampuan dan kecakapan-kecakapan untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.

        Hanya saja, dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri dari para remaja ini sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan sering kali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.

        Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. Jika tidak, maka ia akan mengalami kekacauan atau krisis identitas dan tidak dapat sepenuhnya menjadi dewasa.

        Di sisi lain jika kecenderungan identitas ego lebih kuat dibandingkan dengan kekacauan identitas, maka mereka tidak menyisakan sedikit ruang toleransi terhadap masyarakat yang bersama hidup dalam lingkungannya. Erikson menyebut maladaptif ini dengan sebutan fanatisisme. Orang yang berada dalam sifat fanatisisme ini menganggap bahwa pemikiran, cara maupun jalannyalah yang terbaik.

        Sebaliknya, jika kekacauan identitas lebih kuat dibandingkan dengan identitas ego maka Erikson menyebut malignansi ini dengan sebutan pengingkaran. Orang yang memiliki sifat ini mengingkari keanggotaannya di dunia orang dewasa atau masyarakat akibatnya mereka akan mencari identitas di tempat lain yang merupakan bagian dari kelompok yang menyingkir dari tuntutan sosial yang mengikat serta mau menerima dan mengakui mereka sebagai bagian dalam kelompoknya.


Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)