Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dari Perspektif Lain

Ladang Ilmu
0

         Perjalanan pendidikan di Indonesia telah melalui berbagai proses yang panjang, mulai dari masa penjajahan hingga pada masa abad ke-21 seperti sekarang ini. Faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi para pendidik, terlebih tentang bagaimana proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dimiliki setiap anak manusia.

            Mengingat kembali semboyan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu tentang "Asas Trikon". Asas Trikon ini menjadi prinsip perubahan yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan transformasi pendidikan. Asas Trikon terdiri dari: (1) kontinuitas, (2) konvergensi dan (3) konsentris. 

   Kontinuitas merupakan pengembangan pendidikan yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan, dilakukan terus menerus dengan membuat perencanaan yang baik. Karena, suatu kondisi yang baik tidak akan mudah dicapai dalam waktu yang singkat seperti sulap. Melalui perencanaan yang dilanjutkan pelaksanaan dan diakhiri dengan evaluasi dan perbaikan yang tepat. 

        Konvergensi merupakan pengembangan pendidikan yang dilakukan bisa mengambil dari berbagai sumber di luar negeri, namun harus disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri. Seperti dewasa ini, era digi tal yang telah memudahkan para guru untuk dapat mempelajari berbagai informasi pendidikan dari mana saja dan kapan saja. 

        Konsentris merupakan pendidikan yang dilakukan tidak lepas dari kepribadian bangsa kita sendiri. Karena, tujuan utama pendidikan kita adalah menuntun tumbuh kembang anak setinggi-tingginya sesuai dengan karakter budayanya sendiri. Kita boleh mempelajari atau menggunakan teori atau dasar pendidikan dari bangsa lain, namun harus kita sesuaikan dengan budaya daerah agar memperoleh kemajuan yang sesuai dengan harapan. 

        Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dimana kebiasaan dan tingkah laku manusia tertaut dengan budaya yang diwarisi oleh para leluhur mereka terdahulu. Oleh karena itu, pendidikan saling terintegrasi dengan kebudayaan, pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan. Dalam perspektif pendidikan, kekuatan sosiokultural di erIndonesia dimaknai sebagai salah satu upaya untuk mengurangi pengaruh budaya asing dengan menerapkan pembelajar an sosio-kultural yang menuntun dan membentuk karakter murid sesuai dengan kodratnya untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang seluas-luasnya. 

        Oleh karena itu, setiap fase perkembangan murid dalam setiap proses pembelajaran menjadi sangat penting. Pada perspektif pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga telah menyampaikan "Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan" (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21). 

        Identitas manusia Indonesia adalah sebagai manusia Pancasila, dimana Pancasila sebagai landasan filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai bangsa, dan nilai-nilai hidup berbangsa. Pancasila menjadikan manusia Indonesia kaya akan nilai-nilai luhur yang hidup dalam kebiasaan sehari-hari dan menjadi nafas dalam setiap langkah manusia Indonesia. Nilai-nilai luhur yang bersumber dari Pancasila inilah yang menjadi akar dari pendidikan karakter sehingga ditanamkan kuat-kuat dalam pendidikan nasional melalui proses belajar untuk mewujudkan pelajar yang berprofil Pancasila. Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. 

        Pelajar yang memiliki profil Pancasila adalah pelajar yang terbangun utuh dari keenam dimensi pembentuknya. Dimensi profil pelajar Pancasila ini meliputi: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil ini akan menjadi tidak bermakna. Sebagai contoh: ketika seorang pelajar perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah, diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Solusi yang dihasilkan juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, perlu melibatkan orang lain beserta perannya dari dimensi Gotong Royong dan Berkebhinekaan Global, serta mempertimbangkan kemampuan diri dalam solusi yang dihasilkan dalam dimensi Mandiri. 

        Pentingnya Pancasila sebagai fondasi pendidikan di Indonesia tercermin pada maksud dari dan tujuan kelima nilai dalam pancasila. Perbedaan tak lagi menjadi hambatan bagi bangsa ini untuk terpecah melainkan perbedaan harus dijadikan sebagai kekuatan yang dapat membawa bangsa Indonesia ke level yang lebih tinggi dari negara-negara lain. Pancasila menuntun murid sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat agar berketuhanan, berkemanusiaan, bersatu dalam keberagaman, mementingkam kepentingan umum atau bersama daripada kepentingan individu, serta ber keadilan untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang seluas-luasnya didalam kehidupannya. 

      Dari pemaparan di atas, penulis memahami dan menyimpulkan bahwa dalam perjalanan pendidikan Indonesia dari zaman penjajahan hingga sekarang telah melalui proses yang panjang dan dal am prosesnya selalu menyelaraskan dengan identitas manusia Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai sosio-kultural serta nilai-ni lai luhur yang ada dalam Pancasila menjadi fondasi yang kuat dalam pendidikan di Indonesia untuk mempertahankan i dentitas dan entitas manusia Indonesia melalui penguatan pendidikan karakter profil pelajar Pancasila. 

      Kemudian pesan kunci yang akan penulis sampaikan, sebagai bentuk pemahaman penulis mengenai materi Perjalanan Pendidikan Indonesia, Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Identitas Manusia Indonesia, dan Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut: 

  • Identitas manusia Indonesia adalah unik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia saja
  • Identitas manusia Indonesia sebagai manusia bhineka tunggal ika, manusia Pancasila dan manusia yang religius merupakan identitas yang saling terkait 
  • Identitas manusia Indonesia sebagai manusia Pancasila menjadi sebuah landasan atau fondasi kuat dalam mengimplementasikan pendidikan nasional

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)