Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

Ladang Ilmu
0

    Pendidikan dan pengajaran menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah proses untuk menumbuhkan kompetensi dan mengembangkan karakter peserta didik. Pendidikan dan pengajaran dilakukan pada ranah afektif, psikomotor dan kognitif untuk membentuk manusia seutuhnya. Pendidikan dan pengajaran memberikan fasilitas setiap individu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki yang beragam. Pendidikan digali dari budaya dan diadakan untuk membentuk kebudayaan berdasar nilai-nilai luhur kehidupan. 


    Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada saat saya sekolah dulu tidak terlalu ditekankan, saya hanya tau tiga semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani pada saat sekolah. Tetapi, saya tidak memahami makna yang luarbiasa dibalik semboyan itu. Saat ini pendidikan diubah agar sejalan dengan pemikiran-pemikiran beliau, karena setelah digali, gagasan bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Merdeka belajar.

    Saat sekolah dulu, ada beberapa mata pelajaran yang saya merasa merdeka saat belajar tapi ada beberapa yang tidak. Pendidikan hanya berfokus pada menghafal materi pelajaran. Sumber belajar juga masih terbatas dan sulit diakses. Berbeda dengan pendidikan profesi guru ini, saya merasa merdeka karena konsep ilmu dapat saya kembangkan sendiri dan produk pembelajaran dapat saya pilih jenisnya. 

    Makna kata "menuntun" dalam proses pendidikan anak bagi saya adalah guru berperan sebagai pamong dan anak diberikan kebebasan dalam mengembangkan potensinya. Guru berperan memberikan kondisi sebaik mungkin, memfasilitasi pendidikan agar setiap potensi anak berkembang maksimal. Guru juga dapat memberikan arahan dan contoh tanpa menghilangkan hak anak untuk berkembang sesuai potensinya. Pada akhirnya anak akan memahami dirinya dan memahami bahwa kemerdekaan dirinya mempengaruhi orang lain, sehingga ia harus mengambil setiap keputusan yang bertanggung jawab secara kemanusiaan.

    Saya memaknai kata menuntun dalam konteks sosial budaya di daerah saya dengan memberikan tempat terbaik untuk berkembang, memberikan kasih sayang, merawat, memberikan arahan tanpa mengekang potensinya. Selayaknya orang tua ke anak mereka mendidik untuk memastikan anak dapat hidup mandiri dan memuliakan orang lain dan menjadi anggota masyarakat. Pendidikan perlu memperhatikan kodrat alam (sifat dan bentuk lingkungan dimana ia berada) karena anak lahir di suatu kebudayaan tertentu dimana ia dilahirkan, sudah memiliki potensi baik dalam budaya itu, pendidikan ada untuk mempertebal potensi-potensi baik itu. Sedangkan Kodrat zaman berkaitan dengan perubahan dan tuntutan zaman. Anak harus diajar sesuai dengan zamannya, anak harus dibekali kemampuan-kemampuan sesuai dengan zamannya. Kedua kodrat itu harus dipertimbangkan agar anak mampu berkembang mengikuti zamannya tanpa melupakan nilai-nilai luhur budaya daerahnya. Relevansinya adalah sebagai pendidik saya berkewajiban memberikan pendidkan yang memerdekakan murid saat saya mengajar di kelas.


Kesimpulan dan Refleksi

    Sebelum mempelajari topik tentang dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara saya berfikir bahwa beban guru terhadap perkembangan karakter dan life skill peserta didik tidak seberat itu. Selain itu, konsep tentang pentingnya selalu memperhatikan latar belakang budaya dan potensi peserta didik menjadi hal utama dalam proses pembelajaran. Selama ini, pembelajaran yang saya rasakan dengan tekanan ujian nasional sebagai syarat kelulusan merupakan indicator pendidikan yang tidak memerdekakan manusia dan tidak kongkrit terhadap kecakapan hidup baik `sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

    Kemudian saya belajar tentang perbedaan pendidikan dan pengajaran, pendidikan itu menuntun, pendidikan memberhatikan kodrat alam dan zaman, pentingnya budi pekerti dan system among yang menjadi pola piker pendidikan menjadikan saya berfikir untuk perlu berbenah. Pendidikan harus segera bertransformasi, agar peserta didik tidak merasakan kekangan belajar seperti yang saya rasakan.

    Dalam melakukan transformasi tersebut, saya berkeinginan membuat kegiatan pendidikan yang mementingkan proses dari pada hasil, pendidikan yang mendidik peserta didik secara utuh agar merdeka lahir dan batinnya, pendidikan yang menuntun bukan mendikte sehingga memberikan kebebasan potensi anak berkembang. Selain itu, pendidikan digali dari budaya anak untuk menumbuhkan anak berbudaya (beradab). Pendidikan hendaknya diselenggarakan sesuai dengan zamannya dan mengajarkan kemampuan sesuai zamannya. Keluarga adalah tempat yang utama menumbuhkan budi pekerti sehingga perannya besar.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)